Kamis, 28 April 2011

tugas ke- 5

posting I ........ sospol merupakan hybrid interdisipliner ............ buktikan ....
jawaban : sosiologi politik dikatakan hybrid interdisipliner karena sosiologi politik sebagai jembatan teoritis dan metodologis antara sosiologi dan politik.
Sebagai buktinya sosiologi politik mengkaji tentang:
a. Masalah-masalah politik yang berkaitan dengan masyarakat.
Contoh: Manusia dalam mencapai suatu jabatan politik(kekuasaan) maka manusia harus ikut dalam konstalasi politik.
b. Struktur social dan struktur politik
c. Antara tingkah laku sosial dan tingkah laku politik.
Ketiga hal tersebut menandakan bahwa antara masyarakat dengan politik tidak mungkin dapat dipisahkan karena masyarakat dan politik memiliki hubungan yang erat. Aristoteles juga mengatakan bahwa manusia itu zoon politicon yang artinya mahluk politik.

Rabu, 13 April 2011

partisipasi politik ( tugas 4)

Partisifasi politik adalah keterlibatan individu sampai pada bermacam-macam tingkatan di dalam sistem politik.
Partisipasi politik ditinjau dari 4 sudut pandang:
1.Apa yang disebut partisifasi politik
2.Berapa luas fartisifasi politik tersebut
3.Siapakah yang berfartisifasi.
4.Mengapa mereka berfartisifasi.

Bentuk partisipasi politik (hierarki parpol)
Dari partisipasi rendah sampai tinggi sprti berikut ini:
1.Apathi total
2.Voting ( pemberian suara)
3.Disakusi politik informal minat umum
4.Rapat umum, demonstrasi
5.Keanggotaan pasif organisasi semu politik
6.Keanggotaan aktif organisasi semu politik
7.Keanggotaan pasif suatu organisasi politik
8.Keanggotaan aktif suatu organisasi politik
9.Mencari jabatan politik atau administratif
10.Menduduki jabatan politik atau administratif

Perbedaan bentuk partisifasi diatas di dasarkan pada besar kecilnya resiko yang harus di tanggung ! partisifasi pada suatu tingkatan hierarki tidak merupakan prasayarat bagi partisifasi pada suatu tingkatan yang lebih tinggi.
Partisipasi penuh dan tanggung jawab dari rakyat itu tidak bisa berlangsung secara otomatis hal ini disebabkan oleh:
1.Terlalu kompleknya susunan masyarakat modern dengan dimensi- dimensi sosial dan politiok yang saling melibat , dan sulit difahami oleh orang awam, shingga orng tidak tahu bagimana cara berpartisifasi di medan politik.
2.Orang merasa tidak berdaya secara fisik maupun idioliogis untukn memahami, terlebih lagi untuk ikut mempengaruhi kejadian – kejadian sosial dan politik
3.Orang awam dan rakyat lebih banyak diperlakukan sebagai objek poliytik, konsumen politik dan pengikut politik yang patuh tanpa m,ampu memahami kedudukan pribadinya, fungsi politik, hak dan kewajibannya ditengah struktur-struktur politik.
4.Biaya
5.Nyawa
6.Waktu.

Partisifasi politik memenuhi 4 macam fungsi(robert lane) yaitu:
1.Sebagai sarana untuk mengejar kebutuhan ekonomis
2.Sebagai sarana untuk memuaskan suatu kebutuhan bagi penyesuaian sosial
3.Seabagai sarana Untuk mengejar nilai- nilai khusus
4.Sebagi saran untuk memenuhi kebutuhan bawah sadar dan kebutuhan psikologis tertentu.

Milbrat , mensugestikan bahwa partisifasi politik itu berfariasi berkaitan dengan 4 faktor utama:
1.Sejauh mana orang menerima perangsang politik
2.Karakteristik pribadi seseorang
3.Karakteristik sosial seseorang
4.Keadaan politik atau lingkungan politik dimana seseorang dapat kmenemukan dirinya sendiri.

Kesuliatan dalam meneliti motivasi , tidak menutup usaha untuk menganalisa kemungkinan ada beberapa motif yang bereaksi , Weber mengemukakan 4 motif ;
1.Yang rasional, bernilai, didasarkan atas penerimaan secara rasional akan nilai nilai suatu kelompok
2.Yang akatual ,emosional, didasarkan atas kebencian atau entusiamse terhadp suatu ide, organisasi atau individu.
3.Yang tradisional , didasrkan atas penerimaan norma tingkah laku individu dari suatu kelompok sosial
4.Yang rasional bertujuan didasrkan atas keuntungan pribadi.

Selasa, 15 Maret 2011

tempramen politik (3)

TEMPRAMEN POLITIK
•Watak Politik (tipe kepribadian ) yang berlandaskan pada gejala-gejala psikologis (Erich From)
•Tipe Satu Automatom .
“Seseorang yuang kehilangan rasa individualitasnya disebabkan oleh proses penyesuain terhadap nilai-nilai umum”
•Agitator politik
“Seseorang yang mahir dibidang kontak pribadi dan terampil dalam usaha membangkitkan emosi-emosi politik.
•Administrator Politik
“ Terampil mahir dalam memanipulasikan organisasi-organisasi dan situasi- situasi”
•Teoritis Politik
“ Trampil mahir dalam memanipulasikan ide-ide”
•Birokrat
“Yang terla;lu menekanbkan peratuiran2x pormal dan organisasui dan merealisasikan terhadap siotuasai menurut kebiasaan tertentu”
•Ada beberapa usaha untuk “ Lukisan kepribadian demokratis” akan tetapi dari kebanyakan usaha tersebut lebih bersipat teoritis daripada berdasarkan riset.inkelles dan laswel misalnya, mengemukakan sifat-sifat yang sama namun berbeda.

>Inkelles
-Menerima orang lain.
-Terbuka terhadap pengalaman dan ide-ide baru.
-Bertanggung jawab namun bersikap waspada terhadap kekuasaan .
-Toleransi terhadap perbedaan-perbedaan.
-Emosi-emosinya terkontrol.

> Lasswell
-Sikap yang hangat terhadap orang lain .
-Menerima nilai-nilai bersama orang lain.
-Memiliki sederetan luas mengenai nilai-nilai.
-Menaruh kepercayaan terhadap lingkungan.
-Memiliki kebebasan yang relative terhadap kecemasan .

H.J. Eysenck mengadakan pendekatan dua dimensi terhadap masalah kepribadian politik , dengan penggunaan dua skala sikap.
1. Sindrom konservatisme – radikalisme(R-paktor)
2. Sindrom kecenderungan –kasar-kecenderungan-lembut(T- factor)
R-paktor itu sebenarnya mejelaskan diri sendiri , hanya terdiri atas perkiraan mengenai tingkatan terhadap mana individu menganut pandangan-pandangan radikal atau konservatif . sedang T-faktor mencakuf pasangan-sifat-sifat sebagai berikut:
> Kecenderungan-lembut
-Rasionalistis(berpegang pada prinsip)
-Intelektualitis
-Idealistis
-Berdasarkan kemauan bebas.
-Monistis.
-Dogmatis.

> Kecenderungan – kasar
-Empiristis(berpetgang pada fakta)
-Sensasionalistis
-Materialitis
-Pesimistis
-Irreligius
-Fatalistis
-Pluralistis
-Skeptis.


Easton dan dennis mengutarakan 4 tahap dalam sosialisasi politik dari anak-anak :
1.Pengenalan otoritas melalui individu t,t(orang tua,pres,polisi)
2.Perkembangan perbedaan antara otoritas internal dan external yaitu antara pejabat swasta dan pejabat pemerintah.
3.Pengenalan mengenai institusi – institusi politik yang impersonal seperti kongres, MA dan pemilu.
4.Perkembangan pembedaan antara institusi- institusi politik dan mereka yang terlibat dalam activitas yang di asosiasikan dengan institusi.

ROBERT LANE
Yang mensugestikan 3 kepercayaan politik yang dapat diletakan melalui keluarga :
1.Dengan indoktrinasi terbuka(overt) dan indoktrinasi tertutup(covert)
2.Dengan menempatkan anak dalam satu kontek social khusus
3.Dengan jalan membentuk kepribadian anak.

Senin, 07 Maret 2011

sosialisasi [politik

SOSIALISASI POLITIK
1. Suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksinya terhadap gejala politik
2. Adalah proses oleh pengaruh mana seorang individu bisa mengenali sistem politik, yang kemudian menentukan sikap persepsinya mengenai politik serta reaksinya terhadap gejala- gejala politik.

 Sosialisasi politik sangat penting sebagai suatu proses dengan mana individu-individu sampai pada kadar yang berbeda , bisa trlibat dalam satu sistem politik.
- Sosialisasi politik konsep kunci sosiologi politik!
Why???
Karena:
1. Ketiga konsep lain (komunikasi,partispasi,pngrekrutan ) erat kaitanya engan sosialisasi politik.
Partisipasai dan pengrekrutan merupakan variabel-variabel devenen yang parsial dari sosialisasi dan komun ikasi, karena keduanya mennyajikan elemn dinamis dlm sosialisasi.
2. Sosialisasi politik memperlihatkan interaksim dan intyerdevendensi prilaku sosial dan prilaku politik.
 Segi penting sosialisasi :
- Pola-pola aksi karena sosialisasi merupakan hasil belajar dari pengalaman
- Memberikan indikasi umum hasil belajar tingkah laku individu.
- Sosialisasi berlanjut sepanjang kehidupan.
- Pra kondisi yang diperlukan bagi aktivitas sosial , memberikan penjelasan mengaenai tingkah laku sosial.
 Hubungan sosialisasi dengan perubahan sosial
(kaum fungsionalis menamakannya sebagai pemeliharaaan sistem)

Pendapatnya: sosialisasi itu adalah bagaiman suatu sistem dapat terus bertahan dalam suatu waktu tertentu. Sebagai contohnya mempertahankan kekuasaaan pada masa kekuasaan soeharto ia mampu bertahan menjabat selama kuran g lebih 32 tahun.

Sistem jika mau terus bertahan menuntu agar pungsi – pungsi tertentu harus dipenuhi dengan jalan melaksanakan peranan-peranan tertentu yang dilakukan oleh individu-individu atau kelompok dan prestasi dari peranan ini tidak dapat diasumsikan mlainkan harus di pelajari.

 Metode sosialisasi politik ( oleh Rush dan Althoff)
1. Imitasi
Peniruan terhadap tingkah laku individu-individu lain. Imitasi penting dalam sosialisasi masa kanak-kanak. Pada remaja dan dewasa, imitasi lebih banyakbercampur dengan kedua mekanisme lainnya, sehingga satu derajat peniruannya terdapat pula pada instruksi mupun motivasi.
2. Instruksi
Peristiwa penjelasan diri seseornag dengan sengaja dapat ditempatkan dalam suatu situasi yang intruktif sifatnya.
3. Motivasi
Sebagaimana dijelaskan Le Vine merupakan tingkah laku yang tepat yang cocok yang dipelajari melalui proses coba-coba dan gagal (trial and error).
Jika imitasi dan instruksi merupakan tipe khusus dari pengalaman, sementara motivasi lebih banyak diidentifikasikan dengan pengalaman pada umumnya.
Sosialisasi politik yang selanjutnya akan mempengaruhi pembentukan jati diri politik pada seseorang dapat terjadi melalui cara langsung dan tidak langsung. Proses tidak langsung meliputi berbagai bentuk proses sosialisasi yang pada dasarnya tidak bersifat politik tetapi dikemudian hari berpengatuh terhadap pembentukan jati diri atau kepribadian politik. Sosialisasi politik lnagsung menunjuk pada proses-proses pengoperan atau pembnetukan orientasi-orientasi yang di dalam bentuk dan isinya bersifat politik.
 Jenis sosialisasi
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal.
• Sosialisasi primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.
• Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.
 Tipe sosialisasi
Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. contoh, standar 'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu berbeda. Di sekolah, misalnya, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut.
• Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
• Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.
 Pola sosialisasi
Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.
 Proses sosialisasi
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut.
• Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
• Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)
• Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
• Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya

Sabtu, 26 Februari 2011

pengertian sosiologi politik

Istilah sosiologi politik berasal dari dua kata, yaitu sosiologi dan politik. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat, kelompok-kelompok sosial, dan tingkah laku individu baik individual maupun kolektif dalam konteks sosial. Politik atau ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari kekuasaan sebagai konsep inti. Konsep-konsep lain sebagai objek studi politik adalah negara, pengambilan keputusan, kebijaksanaan, distribusi dan alokasi.
Oleh para ahli sosiologi, sosiologi politik didefinisikan sebagai cabang atau spesialisasi dari sosiologi. Duverger bahkan menganggap sosiologi politik sama dengan ilmu politik. Para ahli ilmu politik memAndang sosiologi politik sebagai bidang subjek (subject area) studi yang mempelajari politik dengan menggunakan pendekatan sosiologis. Dalam mata kuliah ini sosiologi politik dipAndang sebagai bidang studi yang bersifat interdisipliner, yang mempelajari konsep-konsep sosiologi, politik, dan masalah-masalah politik yang ditinjau secara sosiologis.
Sosiologi politik adalah sebuah penyelidikan antara masalah-masalah yang berkesinambungan antara masyarakat dan politik. Dalam korelasinya turut serta membahas struktur, kebudayaan, tingkah laku, pendekatan dan perkembangan melalui metode penelitian.
Konsep sosiologi politik menyangkut empat konsep yaitu sosialisasi politik, partisipasi politik, rekruitmen politik dankomunikasi politik. Sosialisasi politik adalah proses pengenalan seseorang terhadap sistem politik untuk menentukan persepsinya mengenai politik serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Partisipasi poolitik adalah keterlibatan seseorang terhadap sistem politik pada bermacam tingkatan. Rekruitmen politik adalah proses pendaftaran seseorang untuk mendapat sebuah jabatan.Komunikasi politik adalah proses pengalokasian informasi dari sistem politik kepada sistem politik dan sistem sosial.
Peran sosiologi politik adalah sebagai kajian yang bersifat implisit. Dalam pembahasannya terdapat nilai-nilai yang dapat dikaji dalam keterkaitan system politik, tetapi tidak terdapat kajian idiologis didalamnya. Sosiologi politik dipandang sebagai ilmu Negara yang melibatkan urusan kenegaraan dan suatu masyarakat. Bila mencoba mendefinisikan soiologi politik maka sebuah kajian yang menempatkan masyarakat dalam klasifikasi kajian ilmu sosial.
Dalam konsep yang disajikan menunjukkan terdapat struktur poitik yang menunjukkan adanya dialektika antagonisme yang terintegrasi dalam fenomena masyarakat. Selanjutnya diperdalam dari kajian dialektika itu sendiri secara mendalam untuk mengkaji keberadaan antagonisme. Dan terakhir, antagonisme dibahas secara mendalam suatu antagonisme dipecahkan dan menentukan batasan-batasan yang jelas didalamnya.
Sosiologi politik selain dipandang sebagai cabang ilmu pengetahuan baru dari induknya, tetapi pada dasarnya sosiologi politik telah termaktub dari pemikiran ahli sosiolog klasik. Diantaranya Karl Marx, Max Weber dan Emile Durkheim. Bila diambil benar merah diantara para tokoh tersebut, sosiologi politik didefinisikan sebagai hubungan antara masyarakat dan individu.
Ada persamaan tokoh tersebut membahas analisis secara makro, penjelasan bersifat komparasi sejarah, mengemukakan adanya perubahan sosial, teorinya dapat diterapkan di semua tipe masyarakat.
Sedangkan pendekatan dan konsep yang digunakan tokoh-tokoh memiliki perbedaan. Marx dengan pendekatan materialisme historis dengan konsep tentang kelas, eksploitasi, alinasi, negara serta ideologi. Pendekatan Weber adalah analisis tipe ideal dan sosiologi intepretatif, dengan konsep rasionalisasi, otoritas, kelompok status serta partai politik. Sedangkan pendekatan Durkheim adalah fungsionalisme sosiologis melalui konsepnya solidaritas sosial, anomie dan kesadaran kolektif.
• Perkembangan Sosiologi Politik
Asal mula sosiologi politik sebagai bidang suatu studi sulit ditetapkan secara pasti. Namun hal ini bisa ditelusuri dari karya-karya sosiolog atau ilmuwan politik mengenai tema-tema sosiologi politik. Dua tokoh besar yang bisa dianggap sebagai "bapak pendiri" sosiologi politik karena karyanya yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosiologi politik, baik dalam hal teori atau konsep dan metodologi ialah Karl Marx dan Max Weber. Beberapa tokoh lain yang memberikan sumbangan terhadap perkembangan sosiologi politik ialah Alexis de Tocqueville, Walter Bagehot, Gabriel Tarde, Vilfredo Pareto, Gaetano Mosca, Ostrogroski, Roberto Michels, Stuart Rice, Harold Laswell, Gabriel Almond, Sidney Verba, James Coleman, dan Seymour Martin Lipset.
• Pendekatan dan Peranan Sosiologi Politik
Pendekatan adalah orientasi khusus atau titik pAndang tertentu yang digunakan dalam studi atau penelitian sosiologi politik. Ada 4 pendekatan yang umum dilakukan dalam studi sosiologi politik, yaitu :
(1) pendekatan historis,
(2) pendekatan komparatif,
(3) pendekatan insttitusional, dan
(4) pendekatan behavioral.

Metode adalah cara yang dilakukan dalam studi sosiologi politik termasuk teknik analisa data guna mengambil kesimpulan. Ada dua metode yang dikenal, yaitu :
(1) metode kuantitatif, yang menggunakan data-data kuantitatif (angka-angka) dan tes-tes statistika dalam pengambilan kesimpulan,
(2) metode kualitatif, yang menggunakan data-data kualitatif (verbal) dan tidak menggunakan teknik-teknik statistika dalam mengambil kesimpulan.

Untuk memperoleh data bisa menggunakan teknik wawancara, studi kasus, pengamatan baik terlibat maupun tidak atau teknik lainnya. Teori dan model digunakan pula dalam studi-studi sosiologi politik guna memberikan pedoman bagi pelaksanan penelitian.
Sosiologi politik, melalui penelitian-penelitian yang dilakukan dapat berperan dalam pembangunan, khususnya pembangunan politik. Peranan tersebut terutama dalam menyediakan data-data hasil penelitian guna keperluan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan.